Center of Testing Machine in Indonesia

Seminar dengan judul yang sama di atas telah diadakan oleh Wakeni yang berkerjasama dengan Universitas Diponegoro di Semarang pada tanggal 8 Agustus 2018. Bertempat di gedung serbaguna hotel Grasia, acara seminar dibuka oleh Yusuf Umardani ST, MT sebagai ketua panitia dengan moderator Dr. Eng Munadi, ST, MT yang keduanya dari akademisi Departemen Teknik Mesin Undip.

Adapun sebagai penyaji makalah adalah Dr. Sulardjaka, ST, MT, akademisi  Teknik  Mesin Undip, R. Widodo, ST, M.Eng, akademisi Polman Bandung dan ketua umum HAPLI (Himpunan Ahli Pengecoran Logam Indonesia), M. Arif Sambodo, SE, M.Si, Kepala Dinas Deperindag dan  Zaenal, ST, service engineer dari Allied Mineral Product, Inc – USA. Acara tersebut dimulai dari pukul 9 pagi sampai 4 sore yang dihadiri puluhan peserta dari berbagai macam industri antara lain PT Ostenco Promitra Jaya, distributor alat-alat pengujian laboratorium dan industri logam, PT Raja Besi, pabrik besi baja, PT Alutama, pabrik ekstrusi aluminium dan lain-lain.

Seperti yang dipaparkan oleh panitia, seminar diadakan untuk memberi gambaran bahwa betapa besarnya peran teknologi terhadap peningkatan daya saing produk Indonesia, terutama teknologi material metalurgi. Tak kurang dari R. Widodo, ST, M.Eng ketua umum HAPLI (Himpunan Ahli Pengecoran Logam Indonesia) yang membawakan makalah tentang kearifan lokal dalam sektor pengolahan mineral menjadi logam, menjelaskan bahwa produk yang baik dapat dihasilkan ketika proses produksinya menggunakan teknologi tepat guna. Teknologi yang menggunakan bahan baku bermutu baik, peralatan modern, penerapan sistim mutu dan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih dan terampil. Perusahaan yang telah menerapkan teknologi tersebut akan menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi.

R. Widodo juga berbagi pengalaman bahwa kemajuan teknologi dapat menimbulkan resiko bilamana industri atau perusahaan yang menggunakan investor asing. Investor yang berasal dari luar negeri tersebut umumnya menggunakan tenaga ahli atau SDM asing untuk menjalankan teknologi majunya. Namun ketika investor asing tersebut meninggalkan perusahaan sebelum kontrak perjanjian berakhir karena adanya perselisihan kerjasama, perubahan regulsi investasi atau permasalahan modal, sering sekali perusahaan tidak berproduksi lagi atau tutup dan peralatan atau mesin produksi menjadi mangkrak, karena SDM lokal tidak ada yang siap karena tidak terjadi transfer teknologi yang baik.

Sementara itu Munadi menerangkan, Universitas Diponegoro sebagai bentuk pengabdian masyarakatnya, membuka pelayanan konsultasi dalam pemilihan teknologi yang tepat bagi perusahaan atau IKM (Industri Kecil Menengah). Sebagai akademisi, Undip selalu siap berbagi pengetahuan teknologi kepada IKM dalam meningkatkan kualitas produknya agar semakin dapat bersaing di pasar. Akademisi Undip juga mengingatkan bahwa suksesnya penguasaan teknologi, khususnya material metalurgi tidak boleh bergantung kepada akademisi saja, tetapi juga harus melibatkan para pelaku bisnis dan pemerintah atau dengan kata lain perlunya sinergi segitiga A-B-G. A dari singkatan akademisi, B untuk bisnis dan G sendiri adalah government (pemerintah).

Penyerahan Cindera Mata Dari PT Wakeni Kepada R. Widodo, ST, M.Eng.

Pembicara dari kalangan pelaku bisnis diwakili oleh Zaenal, ST dan sedangkan yang mewakili pemerintah adalah M. Arif Sambodo, SE, M.Si, Kepala Dinas Deperindag. Dengan demikian seminar menjadi lebih lengkap karena telah menampilkan pembicara yang mewakili unsur A-B-G. Tidak kalah menariknya adalah ketika terjadinya interaksi dari peserta dengan para pembicara dalam bentuk sesi tanya jawab. Mulai dari prosedur konsultasi teknologi dengan Undip, HAPLI, menghadiri pameran Indometal Oktober 2018 sampai pertanyaan bagaimana cara menghasilkan produk furnitur yang bermutu tinggi. Bahkan ada peserta yang bertanya sekaligus mempromosikan alat-alat pengujian seperti mesin uji tarik/tekan (UTM), kekerasan, metalografi dan kalibrasi gaya mesin UTM sebagai sarana peningkatan mutu produk.

Seminar yang sangat menarik ini tentunya dapat berdampak luas lagi terhadap perbaikan daya saing produk, bilamana diadakan lebih sering dan diselenggarakan di berbagai kota yang dekat dengan lokasi perindustrian.(*)