Center of Testing Machine in Indonesia

Kembali lagi WAKENI hadir di JIEXPO Kemayoran menyelenggarakan seminar selama dua hari dari tanggal 17 sampai 18 Oktober 2018, setelah sebelumnya mengadakan seminar tentang peran teknologi terhadap daya saing produk di Semarang pada 8 Agustus 2018. Acara hari pertama berjudul “Mendukung Program Pemerintah Untuk Menguatkan Industri Hulu” dan kedua “Peningkatan Pemanfaatan TKDN Guna Meningkatan Utilisasi Industri”.
 
PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI) diwakil oleh Rini Sumardi, membuka acara seminar hari pertama dengan pidato sambutan kedatangan, kemudian dilanjutkan oleh Achmad Safiun ketua umum Asosiasi Industri Pengecoran Logam (APLINDO) yang mengingatkan bahwa industri hulu tidaklah hanya sekedar meningktkan jumlah ekspor bahan tambang mineral. Setelah penerbitan UU No 4 Tahun 2009, telah terjadi peningkatan ekspor 800% bijih nikel dan 1100% bijih aluminium. Hal yang baik bagi peningkatan devisa, namun juga mengkuatirkan karena berdampak pengurangan cadangan sumber daya alam. Oleh karena itu perlunya ditingkatkan pembangunan smelter sebagai langkah penguatan industri hulu.
 
Acara yang dihadiri lebih kurang 200 orang dari berbagai kalangan yang berkepentingan dengan dunia industri berlangsung sangat menarik, apalagi diadakan di tengah pameran industri logam dan baja yang selalu berlangsung setiap dua tahun sekali.
 
Presentasi seminar hari pertama diawali oleh Doddy Rahadi, Direktur Industri Logam dari Kementerian Perindustrian yang menyajikan materi prospek pengembangan smelter di Indonesia yang diharapkan dapat berkontribusi dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi 5.4% antara lain dengan mempercepat proses pembangunan banyak cluster PT Krakatau Steel di Cilegon dan pengembangan industri di Morowali, Sulawesi Tengah. Tetapi kendala yang dihadapi tidaklah sedikit antara lain kurangnya pasokan energi gas dan listrik, bahan baku utama dan scrap, pemenuhan persyaratan SNI wajib produk baja dan bebas pajak (tax holiday). Namun yang lebih penting dalam pengembangan industri smelter ini adalah tidak menambah permasalahan lingkungan dan mengutamakan keselamatan (safety).
 
Materi seminar selanjutnya disajikan oleh Alex Barus dari PT Indonesia Morowali Industrial Park yang menjelaskan tentang industri proses mineral di area Morowali, Sulawesi Tengah telah menaikkan taraf hidup warga setempat. Masuknya investor dari Republik Rakyat China telah merubah kehidupan di daerah Morowali, pertumbuhan ekonomi daerah yang cepat mulai dari industri pertambangan, energi sampai dengan pendidikan. Dibangunnya Politeknik Industri Logam Morowali menunjukkan komitmen pemerintah daerah untuk menyiapkan sumber daya manusia lokal yang terampil dalam menguasai teknologi industri berbasis nikel terbesar di Indonesia.
 
Tak kalah menarik lagi, Abubakar Subiantoro, ketua asosiasi APRALEX (Asosiasi Produsen Aluminium Extrusi Serta Aluminium Plate, Sheet & Foil) menyajikan presentasinya tentang kecenderungan pasar di sektor aluminium. Abubakar menjelasakan bahwa selama ini smelter milik PT Inalum yang ada tidak diarahkan untuk memproduksi billet dan aluminium ektruksi, namun setelah menjadi BUMN sudah mulai bergeser untuk lebih banyak memproduksi produk aluminium intermediate. Produk menengah (intermediate) ini lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan industri hilir seperti otomotif, konstruksi dan rumah tangga. Abubakar juga menyarankan Pemerintah untuk tidak segan bekerjasama dengan Rio Tinto Alcan (RTA) dalam pengembangan smelter alumnium karena untuk saat ini RTA memiliki teknologi yang paling maju.
 
Selanjutnya Novi Lekwandi dari PT Astra Daihatsu Motor, menyajikan presentasi teknologi hilir otomotif yang memanfaatkan bahan baku yang dihasilkan dari industri hulu smelter yang mengolah bahan baku mentah aluminium menjadi produk aluminium menengah yang siap dipakai. Beberapa komponen dari otomotif yang terbuat dari aluminium ditampilkan sangat jelas dan lengkap. Begitupun dengan Imannuel wakil dari Departemen Perindustrian yang menyajikan presentasi pembangunan smelter di Indonesia.

Para Panelis Seminar Penguatan Industri Hulu 17 Oktober 2018

 

Acara yang menarik adalah ketika berlangsungnya sesi tanya jawab. Dimoderatori oleh R. Widodo, ketua HAPLI (Himpunan Ahli Pengecoran Logam Indonesia), para peserta banyak terlibat dengan berbagai pendapat dan pertanyaan. Mulai dari salut terhadap proses pengembangan Morowali yang semula hanya merupakan desa tertinggal menjadi wilayah perindustrian yang maju, bantuan saran dan bimbingan usaha pertambangan di Batu Licin yang masih merugi yang disampaikan oleh Lisa Gunawan sampai dengan cara peningkatan investor smelter dan perhitungan TKDN yang ditanyakan oleh Djoko Wiyono. Semua pendapat dan pertanyaan tersebut ditanggapi dengan baik oleh para panelis walau mungkin belum memuaskan karena keterbatasan waktu tanya jawab yang tersedia. Namun panelis, terutama wakil dari Departemen Perindustrian memberikan kesempatan untuk berkonsultasi secara offline.
 
Pada hari kedua, acara seminar yang bertemakan “Peningkatan Pemanfaatan TKDN Guna Meningkatan Utilasi Industri” juga berlangsung dengan seru dan menarik. Acara juga dibuka dengan sambutan oleh Rini Sumardi dari WAKENI, kemudian dilanjutkan oleh Dadang Asikin, Ketua Umum Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA), Zaki Yuli dari Direktorat Jenderal ILMATE (Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian), Lukman Jamaludin dari PT Barata dan Sarjuni Adicahya yang mewakili PT Surveyor Indonesia.
 
GAMMA yang mengayomi para perusahaan pengerjaan logam dan mesin Indonesia sangat berkepentingan dengan sosialisasi pemahaman TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), sebab untuk memenangkan tender pekerjaan di lingkungan MIGAS dan fasilitas keringanan pajak, perusahaan peserta harus mencantumkan nilai TKDN produknya sebesar mungkin. Sehingga persyaratan, ketentuan dan rumus perhitungan TKDN untuk produk baran daan jasa harus dipahami dengan benar.
 
Lukman Jamaludin dari PT Barata, berbagi pengalaman bagaimana perusahaannya yang memproduksi peralatan pembangkit listrik dan infrastruktur berhasil memanfaatkan TKDN dalam mengekspor turbin dan boiler ke luar negeri  seperti Taiwan.
 
Adapun Sarjuni Adicahya yang mewakili PT Surveyor Indonesia, menjelaskan bahwa perusahaannya sudah biasa melakukan asesmen TKDN terutama kepada industri HKT (Handphone, Komputer dan Telekomunikasi). Untuk meningkatkan perekonomian negara pada sektor industri HKT ini, maka pemerintah menargertkan 4 tahun kedepan tercapai 100% TKDN. Sarjuni menambahkan bahwa komposisi penilaian TKDN ini terbagi manjadi 3 yaitu 70% pada proses manufakturnya, 20% pengembangan dan 10% aplikasi programnya.
 
Sesi tanya jawab yang dipandu oleh Djoko Wiyono, mendapatkan respon antusias peserta dengan menyampaikan beberapa keluhan dan pertanyaan. Keluhan antara lain datang dari pengusaha pressure gauge yang produknya bermerk Garuda dengan nilai TKDN yang tinggi tetapi sulit diterima oleh perusahaan MIGAS lokal. Kemudian kekecewaan salah satu peserta yang tidak berhasil mendapatkan nilai TKDN seperti yang diharapkannya karena terkendala dengan persyaratan harus memproduksi prototype valve sesuai ukuran yang diajukan. Sementara ukuran valve yang diminta tersebut tidak ada pemesannya dan biayanya mahal untuk diproduksi. Kemudian adanya saran, bahwa peraturan TKDN pemerintah selain sebagai upaya memberdayakan industri dalam negeri, juga perlu dilakukan standarisasi dalam proses pembuatannya (manufacturing) mulai dari desain, pemilihan material sampai prosesnya yang harus melibatkan BSN dengan SNI-nya.
 
Para panelis telah menjawab semua keluhan dan pertanyaan dengan baik serta memberi kesempatan untuk berkomunikasi lebih lanjut bilamana masih ada yang ingin ditanyakan. Terlepas puas atau tidaknya peserta yang telah menghadiri seminar Indo Metal, acara yang telah diselenggarakan tersebut sangat bermanfaat terutama bagi PT Ostenco Promitra Jaya. Pengembangan industri yang memperkuat sektor hulu dan peningkatan TKDN perusahaan logam dan baja di Indonesia tidak akan terlepas dari kebutuhan alat-alat pengujian seperti UTM (universal testing machine), uji kekerasan, metalografi dan kalibrasi. Alat-alat pengujian dan kalibrasi yang mampu disediakan oleh PT Ostenco Promitra Jaya tersebut akan meningkatkan kepercayaan terhadap produk yang dibeli dan digunakan pelanggan. Sedangkan kalibrasi yang dilaksanakan dengan tertib sesuai jadwal berkala terhadap peralatan pengujian, membuat mutu atau kualitas produk semakin terjamin. Langkah pengembangan industri logam dan baja pada sektor hulu serta peningkatan TKDN, tidak hanya akan meningkatkan perekonomian negara, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk-produk ekspor berkelas dunia karena bermutu tinggi dengan selalu menjalankan proses kendali mutu (quality control) melalui penggunaan alat-alat pengujian dan kalibrasi yang tepat dan benar.(*)